si Waktu, Kenangan, dan Sedih
Aku terbaring dalam lamunan. Lagu-lagu bernuansakan cinta begitu memekakkan telinga. Liriknya membawaku melayang-layang, jauh tinggi sekali. Sepertinya aku tahu dia akan membawaku kemana, bertemu sang waktu dan menyelam bersama kenangan.
Sesungguhnya aku hanya butuh kepastian bahwa bahagia itu memang ada tanpa perlu dibayang-bayangi ketakutanku akan kesedihan dan masalalu.
Lagu ini, suasana itu, semuanya berputar-putar mengisi ruang pikiranku secara bergantian. Kau tahu? Dulu si Bahagia pernah mengetuk pintu meminta izin untuk masuk kesini, tapi aku tolak dengan halus, Dengan alasan bahwa aku terlalu sedih untuk bersenang-senang.
Tidak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar lagi. Kali ini lebih nyaring. Tapi belum sempat aku menyentuh daun pintu, dia sudah menerobos masuk. Aku tak sempat melihat wajahnya, dia terlalu cepat. Dia berlarian mengelilingi ruangan dan membuka pintu-pintu. Padahal aku yakin aku sudah mengunci beberapa ruangan, tapi bagaimana dia bisa membukanya semudah itu?
Aku dibuat kesal melihat kelakuannya yang tidak sopan. Aku kejar, tapi aku kalah cepat. Aku panggil, dia tidak menoleh, tetap asik dengan kegiatannya. Sampai akhirnya ia berdiri di depan sebuah pintu yang besar berwarna merah kehitaman. Aku ingat itu adalah pintu terakhir yang aku kunci kemarin. Pintu dari ruangan yang paling megah di tempat ini. Dari kejauhan terlihat dia seperti sedang menimbang-nimbang akan membukanya atau tidak, kesempatan itu segera aku manfaatkan untuk menangkapnya.
Aku cengkram tangan kanannya, lalu aku paksa dia menatapku. Tapi yang aku dapat bukan wajah penuh penyesalan ataupun ketakutan, melainkan senyumannya yang penuh arti. Sekarang aku dapat mengenalinya, dialah Si sedih.
"Jangan buka pintu yang itu!" kataku dengan tegas
"Aku tahu apa yang ada di dalamnya, ayo kita masuk" balasnya sambil tersenyum.
"Tapi aku sudah berjanji tidak akan kembali ke ruangan itu."
"Jadi karena itu kamu menguncinya kan?" kini senyumnya semakin lebar
Aku melepaskan cengkramanku dan menunduk malu. Ya, karena aku tahu apa yang ada di dalam makanya aku memutuskan untuk menguncinya. Melihat aku yang tidak lagi berdaya, si Sedihpun membuka pintu tersebut. Aku berusaha memejamkan mata, tapi dia justru menarikku untuk masuk kedalam. Kulihat disana ada dua sosok yang sedang asik bermain, mata mereka berbinar-binar, wajah mereka tampak sangat bahagia, tapi entah mengapa kebahagiaan mereka justru membuat aku merasa terluka.
Karena di dalam ruangan semegah itulah aku mengunci si Kenangan dan Waktu bersamaan. Aku tidak ingin mereka mengisi ruang pikiranku dengan kebahagiaan yang mereka buat. Aku tidak suka jika si Waktu bersenang-senang dengan si Kenangan, karena aku tahu setelah itu pasti si Sedih akan datang. Dan benar saja, sekalipun aku sudah menutup rapat-rapat kenangan dan waktu, sedih akan terus mencari-cari jalan untuk menemukan mereka.
Tidak bisakah sekali saja semuanya berjalan sesuai keinginanku? Tidak bisakah sang Waktu hanya bermain dengan Bahagia tanpa perlu membawa Kenangan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar